top of page
Subscribe
Instagram
Facebook
Donation

Itu Sudah Cukup



Never enough, Never, never

Never enough, Never, never

Never enough, For me

For me, For me, For me


Cuplikan di atas, merupakan kutipan dari lagu Never Enough dalam film The Greatest Showman yang rilis pada tahun 2017. Lagu tersebut menjadi sebuah lagu yang sangat populer karena menyuarakan isi hati banyak orang. Dimana baik dahulu (sesuai dengan latar belakang waktu film tersebut dirilis), saat ini dan mungkin sampai Tuhan datang kedua kalinya, manusia tidak pernah  merasa cukup. Sulit merasa cukup sebenarnya kalau mau ditarik lebih jauh lagi sudah dimulai sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa di taman Eden. Dengan segala sesuatu yang telah Tuhan jadikan dari hari pertama sampai hari keenam penciptaan dan semuanya  sungguh amat baik, ternyata, manusia masih ingin lebih dari apa yang sudah dimiliki saat itu dengan ingin menjadi seperti Allah dan akhirnya melanggar perintah untuk tidak memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. 


Konsep cukup pada akhirnya menjadi hal yang jarang dibicarakan, Semua orang merasa perlu untuk mendapatkan, mengkonsumsi, meningkatkan dan memperbesar kebutuhan. Salah satu hal yang mendasarinya adalah kekhawatiran akan masa depan sehingga merasa perlu untuk mengumpulkan harta sebanyak – banyaknya selagi ada kesempatan. Di dalam Alkitab sendiri, Allah telah berkali – kali mengingatkan manusia untuk tidak perlu kuatir. Matius 6:25 – 34 dengan perikop pararelnya di Lukas 12:12-31 memberitakan tentang hal kekuatiran ini. Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bahkan tentang hal mengumpulkan harta, Alkitab juga telah mengingatkan kita di Matius 6:19 – 24. Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya (sebagaimana kita mungkin pernah baca artikel tentang kerugian orang yang menyimpan uang kertas di rumah yang tidak laku lagi karena uangnya hancur dimakan ngengat) dan pencuri membongkar serta mencurinya (sebagaimana yang pernah dialami penulis yang menyimpan uang kertas di rumah karena ATM sering rusak tetapi lalu saat keluar rumah pencuri datang dan mengambilnya, atau pengalaman orang yang ditipu dan lain sebagainya).


Sikap hidup orang yang mengumpulkan harta sebanyak – banyaknya juga terjadi pada masa hidup Samuel Plimsoll seorang politisi dari Inggris (10 Februari 1824 – 3 Juni 1898). Pada masa itu praktik perdagangan budak masih menjadi hal yang lazim dilakukan. Budak – budak didatangkan dari benua Afrika menuju benua Eropa yang dipisahkan oleh samudra Atlantik. Untuk mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya, para penjual budak seringkali mengisi kapal dengan budak sebanyak – banyaknya, tetapi karena belum ada cara untuk menginformasikan apakah muatan kapal sudah berlebih atau tidak, ada kapal – kapal yang akhirnya tenggelam karena kelebihan muatan dengan kematian  semua budak – budak didalamnya. Hal tersebut menimbulkan keprihatinan Samuel Plimsoll dan beliau membuat sistem garis Plimsoll pada setiap kapal yang berguna untuk menginformasikan apakah muatan di kapal itu cukup/berlebihan yang dapat berpotensi menenggelamkan kapal. Lalu, bagaimana kita bisa menemukan dan mendefinisikan kecukupan (garis plimsol kehidupan) bagi kita masing – masing? Pada prinsipnya ada tiga hal yang bisa kita lakukan: menghindari keserakahan, merasa cukup dan memiliki karakter serupa Kristus. 


  1. Menghindari Keserakahan

    Keserakahan atau ketamakan  secara sederhana dapat diartikan sebagai keinginan untuk memiliki lebih. Serakah/tamak sendiri adalah dosa yang jarang diungkapkan atau disadari. Keluaran 20:17 merupakan salah satu ayat yang berbicara terkait peringatan untuk menghindari keserakahan: Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki – laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu. Minimal terdapat empat dampak dari keserakahan/ketamakan sebagaimana tertulis dalam 1 Timotius 6:2b – 10 yang berbicara tentang cinta uang:

    1. Mengkorupsi kebenaran firman Tuhan seperti yang tergambar di ayat 3-5 ketika Paulus mengkonfrontasi para pengajar palsu yang memiliki motivasi tidak benar (mencari keuntungan diri) dalam mengajari jemaat yang akhirnya berujung pada ajaran yang tidak benar dan gaya hidup yang tidak benar.

    2. Mengkontaminasi nilai kita, ayat 5: Percekcokan antara orang – orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan kehilangan kebenaran yang mengira ibadah itu adalah sumber keuntungan.

    3. Membalikkan hidup kita, sama seperti kapal yang melewati garis plimsol bisa terbalik lalu tenggelam. Ayat 9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai – bagai nafsu yang hampa dan mencelakakan ,yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

    4. Mencekik iman kita ayat 10 berkata karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai – bagai duka. 


Lalu apakah sebagai orang Kristen memiliki uang menjadi hal yang salah? Sementara ada tokoh – tokoh Alkitab yang digambarkan dengan kekayaan besar seperti Ayub, Abraham, Daud, Salomo dan sebagainya. Sehingga yang menjadi masalah bukan pada materi tetapi hati. Pengkhotbah 5:7-19 menyoroti tentang kesia – siaan kekayaan: Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia – sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang – orang yang menghabiskannya. Uang sendiri bukanlah sesuatu yang buruk dan tidak membuat orang menjadi buruk, tetapi cinta akan uang dapat menjatuhkan seseorang. Orang dapat menjadi serakah dan melakukan hal buruk ketika mencintai uang. Tuhan menginginkan kita untuk menggunakan uang membantu orang yang terluka. Kita akan menjadi salah bila melukai dan menggunakan orang untuk mendapatkan uang. Uang sendiri bukanlah persoalannya tetapi salah menggunakan uang (tidak menggunakan uang dengan bijak) adalah persoalannya. Bila kita membagikan dan memberikan kita akan berhasil tetapi bila kita hanya ingin menjadi kaya, kita akan sulit untuk bisa mencintai Tuhan karena kita lebih mencintai uang. Harta sejati kita hendaklah hanyalah kasih akan Allah, iman pada Yesus dan keselamatan di dalam surgaNya. Sehingga terdapat minimal 6 hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari cinta uang:

  1. Menyadari bahwa semua kepemilikan kita suatu saat akan hilang;

  2. Merasa cukup atas segala sesuatu;

  3. Merencanakan cara bijak dalam mendapatkan uang;

  4. Mengasihi sesama lebih dari uang;

  5. Mencintai pekerjaan Tuhan lebih dari uang;

  6. Memberi/berbagi apa yang kita punya dengan orang lain


  1. Merasa cukup atas segala sesuatu

    Dasar dari merasa cukup atas segala sesuatu salah satunya dapat kita ambil dari 1 Timotius 6:6, memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup memberi keuntungan besar. Kecukupan dalam ibadah menjadi satu dari tiga hal penting yang membedakan antara ibadah Kristen yang ibadah sejati dengan ibadah kaum pagan saat itu selain ibadah yang dimulai dari takut/kagum akan Tuhan yang membuat kita menyembahNya dan ibadah dengan perspektif kekekalan. Rasa cukup yang kita miliki bukanlah karena usaha kita sendiri melainkan karena Kristus. Sehingga rasa cukup orang Kristen sebaiknya adalah hasil dari tiga hal berikut yaitu: merasa aman dalam Tuhan, percaya pada sifat Tuhan dan percaya pada janji Tuhan sebagaimana disampaikan dalam Filipi 4:13 dimana Paulus sampaikan bahwa dia telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Salah satu ayat yang mengingatkan kita untuk ibadah dengan perspektif kekekalan dapat kita baca dalam 2 Korintus 4:18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal dan 1 Timotius 6:7-8 sekali lagi membantu kita untuk bisa merasa cukup atas segala sesuatu: Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa – apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian cukuplah. 


  2. Memiliki karakter seperti Kristus 

    Memiliki karakter seperti Kristus adalah langkah ketiga dan terakhir yang bisa kita lakukan untuk mendefinisikan kecukupan hidup kita. Di dalam 1 Timotius 6:1 Paulus mengingatkan kita untuk mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan yang semuanya adalah karakter Kristus alih – alih mengejar materi di dunia yang sifatnya instan. Untuk mendapatkan hal tersebut tentu membutuhkan proses tiap hari dan energi untuk mengerjakannya. Dengan memfokuskan diri untuk hidup cukup, kita bisa memusatkan hidup kita untuk kerajaan Allah, setia memberi, alih – alih mengejar materi yang dekat dengan sifat tamak dan mencerminkan keegoisan dan jauh dari karakter Kristus. 


Ada empat langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk dapat menerapkan tiga hal diatas: 

  1. Bangun gaya hidup untuk memiliki batasan dalam memiliki materi untuk kebutuhan dan bukan keinginan, seperti tidak besar pasak daripada tiang, belanja atau konsumsi sesuai pendapatan. Beberapa prinsip dapat membantu seperti prinsip 10 ataupun 1234. Prinsip 10 dapat berarti apabila kita membeli sesuatu barang yang nilainya besar kita akan lakukan bila di dalam tabungan kita memiliki uang 10x lipat daripada harga barang yang kita butuhkan. Prinsip 1234 berarti dalam setiap penghasilan yang kita dapatkan 10% kita sisihkan untuk Tuhan, 20% untuk tabungan, 30% untuk investasi dan 40% untuk kebutuhan hidup sehari – hari. 

  2. Bangun sifat kemurahan dan bukan ketamakan. Perlunya membangun disiplin diri untuk memberi yaitu perpuluhan, persembahan, peka terhadap kemana Tuhan ingin kita memberi.

  3. Bangun karakter diri.

  4. Investasi pada hal yang bernilai kekal.


Sebagai penutup artikel ini ada pernyataan iman yang kita bisa ungkapkan sebagai wujud komitmen kita untuk merasa cukup atas segala sesuatu: tidak khawatir akan masa depan dan tidak memfokuskan diri untuk semata mengumpulkan harta di bumi. 

  • Saya akan merasa cukup pada semua keadaan karena tahu bahwa Allah yang menyediakan selalu bersama saya dan saya tidak akan pernah lepas dari pemeliharaanNya.

  • Jika yang saya punyai di dunia ini hanyalah makanan dan pakaian, saya akan tetap merasa cukup dan yakin akan pemeliharaan Tuhan. 

  • Saya tidak akan menetapkan fokus hidup saya pada uang dan kekayaan, melupakan fakta bahwa saya memiliki Bapa di surga yang mengasihi dan peduli pada saya; karena saya tahu bahwa orang yang fokus pada uang dan kekayaan akan jatuh kedalam banyak pencobaan dan jerat, akan memiliki hasrat yang sia – sia dan membahayakan yang bisa berujung pada keruntuhan dan kehancuran.

  • Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan. Karena menyangkal bahwa Tuhanlah satu - satunya penyedia sejati. Beberapa orang yang memfokuskan hidup pada uang dan mendapatkannya, telah berpaling dari iman dan membawa mereka ke dalam berbagai penderitaan. Saya menolak untuk menjadi seperti mereka. 

  • Saya, sebagai pria dan wanita yang beriman dalam Tuhan, akan menjauhkan diri dari segala kecemaran, melainkan mengejar kebenaran, ibadah yang sejati, iman, kasih, ketahanan dan keramahan. Saya akan berjuang dengan baik dalam pertarungan iman saya, dengan berpengharapan pada hidup kekal yang mana saya telah dipanggil oleh Tuhan dan saya akan menyatakan iman saya di hadapan banyak saksi. 


Jangan kamu kuatir Burung di udara Dia pelihara

Jangan kamu kuatir Bunga di padang Dia hiasi

Jangan kamu kuatir Apa yang kau makan minum pakai

Jangan kamu kuatir Bapa di sorga memlihara


Aku tidak kuatir Burung di udara Dia pelihara

Aku tidak kuatir Bunga dipadang Dia hiasi

Aku tidak kuatir Apa yang kumakan minum pakai

Aku tidak kuatir Bapa di surga memelihara

(Yehuda Singers – 1992)


Sumber: 

  1. Gary Inrig. Cultivating a Heart of Contentment. Discovery Series

  2. James Riddle. The Complete Personalized Promise Bible

  3. NIV. Life Application Study Bible

  4. NIrV. Kids’ Quest Study Bible

  5. Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab

Comments


Hubungi Kami

Dapatkan update artikel SAMARITAN terbaru yang dikirimkan langsung ke email Anda.

Daftar menjadi Samareaders sekarang!

Instagram
Facebook
Media Samaritan
Media Samaritan

 Media Samaritan 2022

bottom of page