top of page
Ir. Indrawaty Sitepu, MA

Hidup dalam Kasih-Nya



Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar (2 Tim. 3:1- 9) dimana terjadi delapan belas aksi kejahatan yang menyedihkan dan salah satunya adalah tidak tahu mengasihi. Orang-orang menjadi begitu bodoh dan miskin dalam mengasihi. Hati yang tumpul dan mati, bukan hanya tidak peka tetapi bertindak diluar nalar kasih sama sekali. Tentu kondisi ini menjadi sangat kontras dan jauh dari standar hidup yang  Tuhan berikan kepada anak-anak-Nya. Karena seharusnya kasihlah yang menjadi dasar dan prioritas dalam semua aspek hidup, sebagaimana yang diperintahkan-Nya  "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat. 22:37-39).  Kasih kepada Allah menjadi dasar untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Kasih kepada Allah akan mendorong dan memampukan untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Sebaliknya tidak mungkin seseorang bisa mengasihi sesamanya dengan benar seperti diri sendiri tanpa didasari kasih kepada Allah.


Sejalan dengan itu Paulus juga mengingatkan dengan keras jemaat Korintus dalam suratnya 1 Korintus 13. Bagian ini adalah lanjutan dari pembahasan Paulus mengenai karunia rohani. Karunia rohani memang penting bagi pembangunan tubuh Kristus. Namun, jika karunia rohani tidak disertai kasih, maka semua akan sia-sia. Berbeda dengan cinta berahi yang berpusatkan pada diri sendiri. Kasih yang dimaksud bersumber dari Allah (1 Yoh. 4:19). Dari 1 Korintus 13 paling tidak ada tiga hal yang  kita pelajari tentang kasih:


Pertama, betapa tidak bergunanya segala karunia tanpa kasih (ayat 1-3). Semua karunia sehebat apa pun, akan menjadi sia-sia, tidak berguna bagi orang lain  juga bagi diri sendiri bila tidak dilakukan dalam kasih dan karena kasih. Di sini ia menekankan bahwa memiliki karunia Roh tanpa mempunyai kasih tidak berguna sama sekali. Hati-hati, tanpa kasih gereja jadi tong kosong berbunyi nyaring, melimpah aktivitas tanpa dampak ke luar, gemuk karunia namun kerdil di dalam tindakan.


Kedua, deskripsi kasih (ayat 4-7). Kasih dideskripsikan lima belas kata kerja. Bagian ini menggambarkan kasih sebagai suatu kegiatan dan kelakuan, bukan sekadar suatu perasaan batin atau motivasi. Kasih itu sabar. Kasih itu sanggup menanggung perbuataan jahat, luka-luka, dan hasutan, tanpa dipenuhi oleh kebencian, kejengkelan, atau balas dendam. Kasih membuat pikiran menjadi tabah, memberikan kekuatan untuk mengalahkan nafsu amarah. Kasih itu murah hati. Kasih seperti itu baik hati, melimpah dalam memberi. Kasih itu suka menolong dan berbuat baik, berusaha menjadi orang yang berguna.  Kasih itu tidak cemburu. Kasih itu tidak bersedih atas keberuntungan orang lain. Kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak membesarkan diri atas pencapaian-pencapaiannya, juga tidak menyombongkan diri dengan kehormatan dan  kekuasaan serta penghargaan, tidak kasar dan jumawa, merendahkan orang lain, atau menginjak-injak mereka. Kasih itu  tidak melakukan yang tidak sopan, tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas, berhati-hati untuk tidak melanggar batas-batas kesopanan. Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak menginginkan dan juga tidak mencari pujian, kehormatan, keuntungan, atau kesenangan bagi diri sendiri. Kasih tidak cepat merasa jengkel atau marah. Kasih memperbaiki ketajaman penguasaan diri, tidak cepat berprasangka dan juga tidak langsung melampiaskan hawa nafsu yang kuat. Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak menyimpan kebencian, juga tidak memberikan kesempatan bagi pembalasan dendam. Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan. Kasih tidak mengharapkan sesuatu yang buruk bagi siapa pun, apa lagi melukai atau menyakiti siapa pun, setidaknya tidak akan menjadikan hal ini sebagai sesuatu yang menyenangkan, bersukacita dalam melakukan kejahatan dan kekacauan. Kasih juga tidak akan bersukacita atas kesalahan dan kegagalan orang lain, dan bersorak-sorak atas mereka tetapi bersukacita karena kebenaran, bersukacita melihat orang-orang dibentuk untuk memiliki watak yang sesuai dengan Injil dan menjadi baik. Kasih itu menutupi segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, tidak mengumumkan kesalahan orang lain untuk mempermalukan dan mencela mereka, namun menutupinya dari perhatian masyarakat luas selama kita masih mampu melakukannya, serta tetap setia kepada Allah dan kepada orang lain. Kasih itu sabar menanggung segala sesuatu, ia akan membiarkannya berlalu dan menahan semua kesakitan tanpa  menyimpan dendam, bersikap sabar terhadap hasutan, dan panjang sabar, tetap teguh dan menahan semua kesulitan, walaupun sangat terguncang. Kasih percaya dan mengharapkan kebaikan bagi orang lain, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu. Kasih tidak akan segera mengakhiri suatu perkara dengan keputusasaan, tetapi tetap mengharapkan perubahan dari keadaan manusia yang paling jahat sekalipun

 

Ketiga,  nilai mutlak dan keabadian kasih.(ayat 8,13).  Kasih tidak berkesudahan, nubuat akan berakhir, bahasa  roh akan berhenti, pengetahuan  akan lenyap. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Kasih akan berlangsung terus selamanya.

Hidup dalam kasih-Nya bukan alternatif tapi jati diri kita. Mari terus bertumbuh dalam kasih-Nya. Kiranya kasih-Nya menjiwai sikap dan tindakan kita, sehingga Dia dipermuliakan dalam seluruh aspek hidup kita.


/is

19 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Hubungi Kami
bottom of page