top of page

Bagaimana Bersikap



“Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.” Pernyataan tersebut adalah isi dari Pasal 9 Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kalimat tersebut pada bagian awal cukup jelas mendorong kita sebagai dokter untuk bersikap jujur. Namun, yang menjadi menarik adalah pada bagian kedua kita berkewajiban untuk mengingatkan sejawat yang memiliki kekurangan atau bahkan pada teman sejawat yang melakukan penipuan. Hal ini tentu menarik untuk dikaji dari berbagai perspektif.


Sebagai orang Kristen kita memiliki kewajiban untuk menegur sesama kita dengan baik. Dalam Alkitab beberapa kisah teguran dapat kita jumpai: (1) Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus pernah menegur Kefas yang telah berbuat salah dengan bertindak seperti orang munafik. “Kalau Saudara sebagai orang Yahudi sudah hidup seperti orang bukan Yahudi, mengapa Saudara sekarang mau memaksa orang-orang lain hidup seperti orang Yahudi?” (Galatia 2:14 BIS). (2) Kisah teguran Yohanes Pembaptis pada Herodes, “Tidak halal engkau mengambil Herodias!” (Matius 14:4), membangkitkan amarah Herodes hingga ingin membunuh Yohanes Pembaptis. (3) Kisah Nabi Natan yang menegur Daud dengan sebuah kisah pada 2 Samuel 2:1-4 juga memberikan kita contoh cara peneguran yang berbeda.


Setiap teguran akan memberikan konsekuensi, baik bagi pihak yang menegur maupun pihak yang ditegur. Dalam praktik sehari-hari pihak yang menerima teguran mungkin saja menjadi sakit hati, tidak peduli, marah, atau berbagai respon lainnya yang seringkali tidak terduga. Respon tersebut tentu akan mempengaruhi hubungan pribadi maupun kolaborasi profesional antara dokter. Kita diingatkan untuk menyampaikan kebenaran dengan kasih, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali” (Matius 18:15).


Dalam praktik kedokteran di Indonesia, tidak jarang kita menjumpai pernyataan “menjatuhkan” dari sejawat. Baik dalam konteks ketika berbicara dengan pasien maupun diskusi dengan sejawat lainnya. Pernyataan tersebut dapat berupa keraguan mengenai penegakan diagnosis, terapi, sikap sejawat, bahkan hingga kehidupan pribadinya. Di dunia yang mengalami perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, tentu saja setiap informasi akan menyebar dengan cepat, baik informasi yang benar maupun hoaks. Dalam bidang kedokteran informasi negatif bukan hanya berdampak pada individu terkait, tetapi juga pada profesi dokter itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa penilaian masyarakat Indonesia terhadap layanan kesehatan di Indonesia masih jauh di bawah harapan. Seringkali kita mendengar masyarakat Indonesia yang mampu akan lebih senang untuk berobat ke negara lain.


Bila ditelusuri dalam konteks yang lebih mendalam, pada kasus malpraktek, bila pernyataan negatif tersebut muncul dari kalangan sejawat maka tidak dapat dipungkiri bahwa individu terkait dan profesi dokter juga akan mengalami dampak negatif yang lebih besar. Padahal harus kita sadari bahwa semua kasus malpraktek yang berjalan belum tentu terbukti adanya kesalahan atau kelalaian. Dalam menghadapi sejawat yang mungkin menyimpang, berbeda pandangan dengan kita, maupun yang dinyatakan bersalah sekalipun, kita dapat menggunakan prinsip pada Pasal 18 Kode Etik Dokter Indonesia, “Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.” Pernyataan tersebut sebenarnya sejalan dengan hukum kasih yang kedua, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39) 


Saya yakin bahwa kita semua sudah pernah mendengar dan mengerti prinsip tersebut. Saat ini yang perlu kita lakukan adalah refleksi diri terkait keselarasan setiap perkataan, sikap, dan tindakan kita terhadap teman sejawat dengan pasal-pasal Kode Etik Kedokteran Indonesia yang jelas sejalan dengan prinsip Firman Tuhan.

13 views0 comments

Comments


Hubungi Kami
bottom of page